Thursday, April 25, 2024
spot_img

Delegasi GCF Kunjungi Hutan Lindung Jantho

JANTHO | ACEHKITA.COM — Delegasi dari 14 provinsi dan negara bagian mengunjungi hutan lindung Jantho, Aceh Besar, Jumat (21/5) pagi, usai mengikuti pertemuan tiga hari Governors’ Climate and Forest Taskforce Meeting di Banda Aceh. Di hutan lindung Jantho, para delegasi ikut menyaksikan simulasi pengukuran karbon.

Kunjungan ke Jantho diikuti 30-an peserta delegasi. Di antara delegasi terlihat Anthony Brunelo (Deputi Sekretaris untuk Perubahan Iklim dan Sumberdaya Energi Negara Bagian California, AS), William Boyd (penasehat senior dan kepala proyek GCF dari Colorado Law School), Natalie Unterstell (delegasi negara bagian Amazonas, Brazil), Ernesto Roessing (Koordinator GCF untuk Brazil), Odigha Odigha dari Cross River, Nigeria. Para delegasi didampingi Gubernur Aceh Irwandi Yusuf dan Bupati Aceh Besar Bukhari M. Daud.

Sebelum mengunjungi lokasi hutan lindung, para delegasi singgah di bendungan Jantho. Debit air di bendungan Jantho mampu mengairi 400 hektar sawah. Di sini, para delegasi disuguhkan aneka makanan tradisional, seperti limpik, kelapa muda, kacang rebus, ketela rebus, dan jagung rebus.

Sambil mencicipi penganan tradisional ini, para delegasi disuguhkan atraksi ranger (penjaga hutan) tentang penyelamatan jika terjadi bencana di hutan. Lima gajah menyambut kedatangan delegasi.

Sebagian delegasi menuju ke kawasan hutan lindung menunggangi lima gajah, sedangkan sebagian lainnya berjalan kaki menerobos hutan. Di lokasi ini, para delegasi terpesona dengan kerimbunan hutan yang termasuk dalam gugusan Ulu Masen.

Pemerintah Aceh mencanangkan pegunungan Ulu Masen –yang luasnya 750 ribu hektar– sebagai salah satu bagian hutan pengambilan karbon, yang akan diperdagangkan pada pasar karbon dunia. Perdagangan karbon ini dimaksudkan untuk mengurangi emisi akibat kerusakan hutan (REDD).

Dalam kunjungan ini, Pemerintah Aceh mendemonstrasikan cara pengukuran karbon. Susilo dari Flora and Fauna Internasional, mitra Pemerintah Aceh, mengajak para delegasi untuk melihat hutan seluas 50×50 meter per segi yang dipersiapkan untuk simulasi pengambilan karbon. Di lokasi seluas 50×50 meter ini terdapat 319 batang pohon yang mampu memproduksi 340 ribu ton karbon.

Susilo mempersilakan tiga orang delegasi untuk mengukur diameter pohon. Dari tiga kali pengukuran itu, didapat hasil yang berbeda-beda. “Harus ada standar yang jelas untuk mengukur diameter pohon. Makanya perlu dipersiapkan kayu sepanjang 1,3 meter. Jadi, di titik 1,3 meter itu baru kita ukur diameter batang pohon,” kata Susilo kepada anggota delegasi.

Dedek Hadi, staf planologi Dinas Kehutanan Aceh, mengatakan, kadar karbon diukur menggunakan standar yang ditetapkan Voluntary Carbon Standard. “Seluru biomassa dan nekromassa kita ukur,” kata dia. Biomassa dihasilkan dari pohon hidup. Sementara nekromassa dihasilkan pohon mati. “Kalau tidak, kita bisa rugi,” lanjut Dedek.

Saat ini, Dinas Kehutanan Aceh telah menyebarkan tim untuk mengukur kadar karbon yang dihasilkan hutan Ulu Masen. Tim disebar ke Panga (Aceh Jaya), Mane (Pidie), Jantho (Aceh Besar), Tutut Sungai Mas (Aceh Barat), dan Lhoong (Aceh Besar).

“Kita menemukan kesulitan saat mengukur di lapangan, karena di kawasan Ulu Masen terdapat binatang seperti gajah dan harimau,” kata Dedek. []

Previous article
Next article
Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,500SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU