Cempaka madu. | FOTO: Radzie/ACEHKITA.COM

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Demam batu giok masih melanda masyarakat Aceh. Namun ironisnya, daya beli masyarakat terhadap batu mulia tersebut mulai menurun. Apa sebabnya?

Para penjual batu giok di Banda Aceh mengaku omzet penjualannya mulai menurun dibandingkan tiga bulan lalu. Anehnya, penurunan daya beli itu justru di tengah animo masyarakat tinggi dalam berburu giok.

Sekretaris Jenderal Pecinta Batu Aceh Hendro menyatakan, permintaan giok di Banda Aceh menurun dalam dua bulan terakhir.

“Pasar mulai jenuh dan pembelinya sepi,” kata Hendro di Banda Aceh, Senin (16/3/2015).

Hanya saja, untuk jenis batu tertentu, seperti yang berkualitas super, justru tidak mengalami penurunan. “Itu karena hanya orang tertentu yang membelinya. Jadi tidak terpengaruh,” sebut Hendro.

Menurut Hendro, menurunnya daya beli karena masyarakat di seluruh Aceh sudah memiliki batu dan hampir semua kabupaten memiliki giok dan akik.

“Tapi harganya tetap tidak turun meski pembeli mulai sepi,” ujar jebolan Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala itu.

Hendro memberi solusi. Para pegiat batu Aceh sebaiknya menuangkan pelbagai kreativitas dalam mengolah giok. Tak hanya sebagai cincin, gelang, dan liontin, “tapi juga sebagai suvenir seperti rencong”. Ini sudah dilakukan sejumlah pecinta batu dari Nagan Raya.

“Hampir semua orang punya batu di jarinya. Kita harus buat inovasi baru, biar orang tidak bosan,” ujarnya. []

GHAISAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.