Tuesday, April 16, 2024
spot_img

CITIZEN | Lampulo: Nadi Perekonomian Banda Aceh

SUARA ayam menandakan rezeki Tuhan sudah disebarkan ke seluruh penjuru alam, saatnya hamba menggerakkan langkah untuk menjemputnya. Di saat tiba waktu pergantian malam menuju pagi, langit pun perlahan mengganti layarnya. Deru motor, mobil, becak semakin lama semakin ramai. Kebanyakan dari mereka menuju ke arah yang sama, bukan menuju kota melaikan sebuah desa di pinggiran laut. Lampulo nama kampong itu. Menurut kebiasaanya sekitar satu jam kemudian becak atau kendaraan lain yang mulanya kosong tak bermuatan itu akan kembali ke arah kota dengan muatan berupa ikan segar. Arah tersebut adalah kesebuah desa bernama Lampulo.

Maulidar Yusuf A
Lampulo yang juga dikenal dengan kampung nelayan ini memiliki Tempat Pelabuhan Ikan(TPI). Tempat Pelabuhan Ikan Lampulo ini merupakan pelabuhan ikan terbesar yang ada di Banda Aceh. Sekitar satu atau dua jam sebelum pukul tujuh pagi ratusan masyarakat khususnya penjual ikan menuju kesana. Aktivitas ini terjadi setiap harinya tekecuali hari besar keagamaan dan pengecuali laninnya yang disepakati bersama.

Seorang pemuda, ditaksir usianya 30-an, sedang membereskan letak raga(keranjang ikan) yang disangkut dikanan dan kiri temapat duduk motornya. Lalu dia berjalan menuju Kapal Puekat “SURYA INDAH”, sekitar sebelas awak boat melepaskan ikan dari pukat (jala ikan) yang kemudian dimasukkan dalam keranjang-keranjang ikan, seorang dari merekabertugas menghitung jumlah dari hasil tangkapan mereka, lalu pemilik boat yang mengenakan kemeja biru mulai membuka harga kepada setiap orang yang datang.

Sofyan Abdullah atau Wak Yan pemilik kapal pukat tersebut mengaku dia yang akan menentukan berapa harga yang pantas untuk muge(pedangang ikan keliling yang akan menjual sampai kepedalaman), penjual ikan dipasar besar dan kecil, dan kepada masyarakat yang ingin membeli ikan segar secara langsung untuk keluarganya.

“Kalau beli langsung dari toke biasanya lebih murah” kata Murdahani, warga Peniti yang sedang membeli ikan secara langsung pada suatu ketika.

Aktivitas seperti ini biasanya terus berlanjut hingga pukul 8 pagi, namun sering berubah jika ada kapal nelayan yang berlabuh tanpa diduga. Sekitar 5 hingga 50 kapal nelayan berlabuh setiap harinya, kecuali hari jumat, “selain ada shalat jum’at , satu hari itu kami gunakan untuk istirahat” ungkap Wak Li(48), salah seorang nelayan yang sudah melaut sejak SMP.

TPI Lampulo, selain merupakan pelabuahan ikan terbesar yang ada di Banda Aceh juga merupakan pelabuhan tertua yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Aceh. Saat ini terdapat lebih dari 150 kapal nelayan, yang terdiri dari kapal puekat atau boet puekat dengan awak kapal lebih kurang lima belas orang yang akan menangkap ikan karang serta hiu minyak dan berlayar hampir sampai keperbatasan laut Indonesia, selain itu juga ada kapal kecil dengan awak kapal maksimal tujuh orang yang berlayar dilaut Aceh.

“Kalau dilaut Aceh ini, menangkap ikan bisa dilakukan dimusim apa aja, timur atau pun barat” Pawang Ibrahim selaku wakil panglima laot Lampulo mengungkapkan kestrategisan pelabuhan tersebut.

“Jika musim timur, kapal dari arah Sigli, Lhoksemawe, Aceh Timur datang melaut kemari karena dilaut mereka bergelombang besar serta berangin dimusim timur. Sedangkan mereka yang dari arah Melaboh dan seputaran barat lainnya melaut dimusim barat karena daerah mereka juga mengalami hal yang sama dimusim barat” Lanjutnya, menjelaskan factor utama yang menyebabkan Tempat Pelabuhan Ikan(TPI) ini tidak pernah sepi dari aktivitas nelayan.

Perputaran uang hingga satu milyar bisa saja terjadi setiap harinya di Tempat Pelabuhan Ikan Lampulo ini. Untuk warga Lampulo, melaut adalah sumber ekonomi terbesar. “bisa jadi kalo kalau kami berhenti melaut selama sebulan, bisa dipastikan keadaan pasar akan macet total” kata salah seorang warga.

Hasil alam yang terdapat dilaut ini tidak hanya sekedar menghidupi warga Lampulo namun juga bisa membuka kesempatan untuk berbagai jenis lapangan kerja bagi warga Banda Aceh khususnya, dan Aceh umumnya berkembang. Seperti produksi ikan kayu(keumamah), ikan asin, abon ikan, dan ikan olahan lainnya, selain itu dengan adanya pelabuhan ikan ini warga bisa membuka warung atau toko penjualan bahan-bahan untuk melaut.

Selain terkenal sebagai kampung nelayan, sejak kejadian 26 Desembet 2004 lalu, Lampulo merupakan kawasan terparah dilanda tsunami. Hampir seperdelapan warga Lampulo meninggal dan hilang ketika tsunami. Hai ini datandai dengan adanya peninggalan sejarah tsunami berupa kapal diatas rumah warga yang berjarak sekitar 10 km dari laut desa ini. Kapal diatas rumah ini menjadikan Lampulo sebagai desa kunjungan wisata tsunami yang ditetapkan dalam program Visit Banda Aceh Year 2011. [c]

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,400SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU