BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Jumlah pengungsi korban gempa bumi berkekuatan 6,5 Skala Richter yang menggucang Aceh, Rabu dinihari lalu, terus meningkat seiring semakin baiknya proses pendataan.
Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), menyebutkan saat ini terdapat sekitar 43.000 jiwa pengungsi yang tersebar di berbagai tempat.
“Pengungsi harus segera dipenuhi kebutuhan dasarnya selama dalam pengungsian,” katanya dalam rilis yang diterima acehkita.com, Sabtu (10/12/2016).
Lembaga-lembaga kemanusiaan yang tergabung dalam Kluster Nasional Penanganan Pengungsi mulai melakukan koordinasi pada Jumat malam di Pos Komando Utama yang berlokasi di Pidie Jaya.
Kluster ini akan membantu mengefektifkan operasi tanggap darurat di bawah Pos Komando (posko).
Kluster terbagi dalam empat area penanganan yaitu air bersih dan sanitasi, pengungsian, proteksi dan psikososial, dan keamanan.
Dalam rapat itu telah disusun matriks 3W (siapa/who melakukan apa/what dan dimana/where). Kluster bekerjasama dengan Bulog untuk menyiapkan gudang logistik di Pidie Jaya.
Dalam rapat koordinasi Jumat malam itu, kluster berkoordinasi dengan pemerintah provinsi. Dalam operasi, mereka berada di bawah operasi Posko.
Melalui mekanisme ini, pemerintah mengharapkan tidak ada duplikasi dan gap selama masa tanggap darurat yang rencananya berlangsung hingga 20 Desember.
“Apa yang kita diskusikan akan melengkapi matriks (3W) yang ada dan kita akan koordinasikan dengan provinsi dan posko utama,” kata Bayu dari Care Indonesia yang mewakili Kementerian Sosial yang ditunjuk sebagai leading sektor kluster.
Medi Herlianto, Direktur Kesiapsiagaan BNPB, menyebutkan tujuan kluster untuk mengefektifkan operasi tanggap darurat dari lembaga-lembaga pemberi bantuan yang sesuai jenis bantuan dan aktivitasnya.
“Kluster memudahkan untuk pengintegrasian penanganan pascagempa pada sektor-sektor. Nantinya pemerintah daerah yang akan mengisi kebutuhan di wilayah terdampak,” jelasnya.
Kluster Penanganan Pengungsi akan melakukan pertemuan koordinasi secara reguler untuk terus mengupdate perkembangan terkini dan aktivitas yang telah dilakukan.
Sementara itu, untuk penanganan pendidikan pasca gempa di Pidie Jaya juga telah dilakukan rapat koordinasi, Jumat siang.
Rakor dihadiri Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Kadis Pendidikan Aceh, Kadis Pidie Jaya, Sesjen Kemdikbud, Direktur SD, kepala sekolah terdampak dan UNICEF.
Beberapa hasil rakor adalah semua jenjang sekolah masih diliburkan. Mulai minggu ini bertepatan dengan libur sekolah pasca ujian.
Kegiatan belajar mengajar siswa yang sekolahnya rusak sedang hingga berat akan dicarikan alternatif atau digabung dengan sekolah lain yang tak rusak atau akan dibangun sekolah sementara.
Sekolah yang rusak berat hingga ringan segera dibangun/rehabilitasi dengan anggaran tahun 2017. Gedung sekolah baru diharapkan akan lebih baik dengan konstruksi tahan gempa.
Kadis Pendidikan Pidie Jaya diminta untuk segera melakukan pendataan yang lebih detail.
Kemdikbud juga rencananya mendukung kegiatan trauma healing, distribusi paket sekolah, buku, atau keperluan kegiatan belajar mengajar yang lain.
Pada kesempatan itu, Kemdikbud juga menyerahkan bantuan tunai Rp150 juta untuk mendukung operasional tanggap darurat Dinas Pendidikan Pidie Jaya.
Data sekolah terdampak hingga Sabtu pagi sebanyak 151 sekolah, dengan rincian: SMA (6 unit), SMK (4), SMP (16), SD (68), dan TK (57).
Menurut Sutopo, guru yang meninggal dunia enam orang dari lebih 100 korban gempa. Sedangkan Guru yang cedera 5 orang, dan penjaga sekolah yang meninggal dunia 1 orang.
“Kebutuhan mendesak di sektor pendidikan adalah sekolah sementara, paket sekolah, buku, alat bantu pendidikan dan kegiatan psikososial untuk anak-anak sekolah,” jelas Sutopo.
