Radzie/ACEHKITA.COM

KUALA CANGKOI | ACEHKITA.COM — Para imigran asal Myanmar dan Bangladesh mulai diserang pelbagai penyakit di kamp penampungan sementara. Belasan di antara mereka terpaksa dirawat di rumah sakit.

Kesehatan para imigran menjadi isu penting menjelang sepekan berada di penampungan. Apalagi, imigran mengalami kekurangan asupan makanan selama dalam perjalanan berboat dari Rakhine, sebuah daerah di perbatasan Myanmar dan Bangladesh, menuju Malaysia. Ahad lalu, sebanyak 584 imigran terdampar di perairan Seunuddon, Aceh Utara.

Pantauan acehkita.com di penampungan sementara TPI Kuala Cangkoi, para imigran menjalani perawatan di pos medis. Sedikitnya delapan orang dirawat di pos tersebut, sedangkan belasan lainnya menjalani perawatan jalan.

Koordinator paramedis di penampungan TPI Kuala Cangkoi, dr Weldi Junaidi, menyebutkan, para imigran mengeluhkan mual, mag, diare, dehidrasi, dan batu-batuk, selain gatal-gatal dan cacar.

“Ada 11 orang yang terpaksa kita rujuk ke RSU Cut Meutia Lhokseumawe,” kata Weldi kepada wartawan, Kamis (14/5/2015).

Mereka yang dirawat di Cut Meutia ada yang menderita miningitis (menyebabkan lumpuh layu), abdoment (nyeri perut hebat), dan virus cacar.

Pemerintah Kabupaten Aceh Utara memberlakukan sistem shift bagi paramedis untuk menangani imigran. Per shift, ada dua dokter dan enam perawat yang bertugas di sana. Paramedis ini berasal dari puskesmas yang ada di Aceh Utara.

Weldi menyebutkan, persediaan obat-obatan masih mencukupi untuk tiga hari ke depan. Ia berharap, pasokan obat lancar agar kesehatan para imigran terus terjaga. []

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.