Friday, April 19, 2024
spot_img

Antara Arlanda dan Schiphol

HARI ini berangkat ke Schiphol Amsterdam, pukul 18.30 dengan Norwegian Air Shuttle. Karena di ujung pekan, kemungkinan macet di sore hari di Essingebron, jembatan Essinge, akhirnya lepas zuhur berangkat dari rumah, tepat pukul 14.15.

Karena sedih berpisah dengan keluarga bang Bakhtiar, kareng teucrah boh gantang, teri tumis, dan salmon masak kuah hanya mampu melewatkan nasi satu piring ke dalam perut. Biasanya, kalau menunya demikian, minimal satu kali tambah nasi.

Kalau di Aceh, masakan favorit adalah masakan mamak, istri dan mak tuwan plus sekali-sekali ke rumah makan Keumbang Tanjong di Beurawe atau Singgah Ujong Batee di dekat Kajhu. Selera tidak jauh-jauh dari kareng dan keumamah dengan berbagai macam olahan. Juga ikan atau ceurubok, tuna kecil yang ditumis, kari, digoreng atau dipanggang. Teristimewa kalau ada boh engkout, telur ikan.

Kalau cerita makanan, selain kakak di Swedia, rasa terima kasih tak terhingga kepada Sofia di Belanda, terkenal dengan masakan berbagai jenis dan cita-rasa, di Denmark ada kak Mala yang tidak peduli siang dan malam selalu siap sedia menyiapkan masakan. Akan panjang sekali list makanan dan kakak-kakak yang enak masakan di berbagai negara, ucapan terima kasih tidak terhingga kepada semua yang telah mengundang untuk khauri di rumahnya.

IMG-20160813-WA0000Udara cukup dingin, semalam turun hujan. Perkiraan macet tidak terjadi, jarak sekitar 90 kilometer dari Alby Centrum ke Arlanda, kami tempuh dalam waktu kurang dari sejam. Itu pun sempat singgah di rest area sambil menikmati hotel berbentuk pesawat dan jembatan di atas tol tempat lalulalang pesawat yang baru landing di lapangan terbang terbesar Swedia ini.

Arlanda salah satu airport yang hampir full otomatis. Self check in kiosk di mana-mana langsung mengeluarkan boarding pass dan luggage tag, kemudian dilabel sendiri dan diletakkan di conveyor. Kita scan sendiri, selesai discan, barang langsung jalan. Cuman ada satu petugas saja yang mondar-mandir membantu yang kesulitan.

Nah, di tengah semua kenyamanan dan kemudahan, datanglah kesusahan. Security check!

IMG-20160813-WA0002Antrean masuk sangat-sangat panjang, mengular sampai beberapa ratus meter. Perlu 40 menit untuk sampai ke X-ray. Untung bang Bakhtiar berinisiatif untuk cepat ke airport, kalau tidak ‘ka jadeh tinggai kapai’, bisa ketinggalan pesawat.

Ada line khusus untuk crew, orang cacat, dan pemegang kartu frequent flyer.

Di pintu security check, ada sebuah bangku, seorang petugas men-scan boarding pass. Tidak ada pemeriksaan paspor atau visa, sebab ini dianggap penerbangan domestik Eropa.

Security check memang sering dikomplain di mana-mana. Selain antrean panjang, juga harus buka tali pinggang, keluarkan komputer dari tas, kadang-kadang buka sepatu segala. Ini pasti untuk keselamatan penumpang, tetapi tetap mengesalkan.

Sesampai di dalam terminal, gate keberangkatan masih terisi orang. Penuh sekali. Tidak ada tempat duduk. Memang musim summer di Eropa, orang banyak bepergian.

Ada pemandangan aneh, sudah tempat duduk penuh karena di gate ada penumpang dari dua penerbangan berbeda, eh masih ada orang yang tidur di bangku. Luar biasa. Semua orang memandang sinis, tapi tidak ada yang berani bangunkan. Sepertinya bukan wajah penduduk di sini. Wajahnya wajah pendatang. Mungkin di kampungnya biasa demikian. Tidak menghargai orang.

Karena aneh, sempat saya ambil foto ketika penerbangan sebelum kami sudah dipanggil boarding dan orang sudah berkurang.

Tidak lama kemudian dipanggil boarding, semua berbaris rapi. Dan masuk ke dalam pesawat. Norwegian Air punya kebijakan cuman satu barang saja yang dibawa ke kabin. Kalau ada barang lain, walaupun kecil, oleh pramugara diminta untuk diletakkan di kaki. Hanya satu yang boleh ditempatkan di kompartemen barang di atas kepala.

Penerbangan yang menyenangkan, ada yang tidur, bekerja dan bermain dengan laptop, walau agak sedikit lambat koneksi, Norwegian menyediakan koneksi internet nirkabel selama penerbangan. Penumpang ramai yang bicara dengan keluarganya. Suasana agak ramai, tapi penuh keakraban. Penumpang saling menegur dan menyapa. Bahkan kalau di negeri kita, mungkin sudah dianggap kampungan.

Setelah dua jam terbang, pesawat descending, suasana Belanda dari atas sangat indah, ladang-ladang yang luas yang rapi berjejer tanaman, seperti dirapikan dengan penggaris, demikian juga kanal-kanal yang menyalurkan air membentuk pemandangan yang luar biasa.

IMG-20160813-WA0003Setelah landing, kami menuju area parkir. Bandara Schiphol merupakan salah satu bandara dunia yang kaya dengan petunjuk arah. Sangat mudah menemukan tempat yang dituju karena sign ada di mana-mana. Bahkan untuk gedung parkir, tiap lantai ditandai dengan gambar binatang, dan suara binatang tersebut diputar bagaikan musik. Kami parkir di lantai bergambar lembu, dan suara mooo-mooo-mooo, terus berbunyi sehingga pemilik mobil menjadi teringat lantai parkirannya.

Kemudian kami ke Den Haag, jalanan lumayan sepi, cahaya matahari masih tersisa, walaupun masih ada terang senja, tetapi lampu-lampu jalan sudah menyala, mengusir kegelapan yang mau datang.

Beda dengan di kampung kita, listrik jalan dibayar rakyat, tetapi lampu jalan sangat-sangat langka.

Selamat memilih kepala pemerintah baru, gubernur yang memperhatikan rakyat, bukan yang minta diperhatikan. []

MUNAWAR LIZA ZAINAL

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,400SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU