Khiththati/ACEHKITA.COM

PAGI-pagi sekali Jamaluddin keluar rumahnya. Berkendaraan becak motor, pria yang akrab disapa Yahwa itu mencari pohon pisang yang bisa ditebang. Tujuannya, mengambil pelepah pisang sebagai pembungkus timun suri. Sejak awal Ramadan, Jamaluddin sibuk menjajakan timun suri atau boh timon wah.

Timun suri atau timon wah menjadi incaran mereka yang menjalankan ibadah puasa, menjadi menu minuman andalan untuk berbuka. Selain menyegarkan, timun suri juga bisa menjadi penghilang dehibdrasi setelah lebih 13 jam menahan lapar dan dahaga. Tentu, tubuh membutuhkan banyak cairan untuk mengembalikan stamina.

“Timun ini hanya banyak laku ketika bulan puasa,” ujar Jamaluddin yang menjajakan dagangannya di kawasan Darussalam, Aceh Besar.

Selama Ramadan, penjual sayur keliling ini mencoba peruntungan baru dengan membuka lapak di pedestrian Simpang Galon, di pintu gerbang masuk kampus ternama di Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala dan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry. Di sini, para penjual bebas menggelar lapak dagangannya. Tidak ada pungutan retribusi dari petugas.

Pada awal-awal puasa, cuaca di Banda Aceh sedang panas-panasnya. Suhunya bisa mencapai 36 derajat Celsius. Cuaca panas menguntungkan bagi penjual timun suri. Dalam sehari, Jamaluddin bisa menjual 30 hingga 50 buah timun suri, dengan harga berkisar antara Rp5.000 hingga Rp15 ribu per buahnya.

Nama timun suri beragam, tergantung daerah. Ada yang menyebutnya timon wah, karena buahnya akan terbuka menganga setelah ia matang. Ada pula yang menamakannya dengan timon gapu. Dinamakan demikian karena isinya seperti gabus, putih, dan gampang hancur.

Timun ini sering diburu sebagai menu andalan saat berbuka. Dahriani, seorang penikmat timun suri, memberikan tips pengolahan timun suri. Kata Dahriani, untuk meracik timur suri yang pertama harus dilakukan adalah memisahkan daging timun dengan kulit dan bijinya, lalu hancurkan dalam wadah yang sudah disiapkan.

Timun yang sudah dihancurkan biasanya ditambahkan air lalu sirup berwarna merah dan es batu. Ada pula yang mengganti sirup merah dengan air tebu dan menambah cincau. “Siapa pun bisa minum karena ini tidak menyembabkan darah rendah,” tambah Dahriani.

Selain timun kapur juga ada timun lain yang menjadi primadona berbuka di Aceh yaitu mentimun serut atau timun kerok. Dua menu minuman ini hampir selalu ada di meja makan menjelang berbuka mulai dari rumah sampai menjadi menu andalan di cafe-cafe dan kedai kopi. Minuman ini juga  menjadi penghilang rasa kangen mereka yang jauh dari Tanoh Indatu yang ingin merasakan berbuka bersama keluarga di Aceh. Seperti yang saya rasakan setahun yang lalu saat menjalankan ibadah puasa di Korea Selatan.

Membuat timun kerok juga tidak susah, cukup berberapa mentimun diparut kasar dicampur air putih dan sedikit gula bersama es batu ataupun dapat ditambahkan sirup merah, cincau dan juga selasih.  Karena sangat praktis dulunya ketika merantau di Korea Selatan saya sering membuat minuman ini untuk seluruh pekerja dan bos restoran tempat saya berkerja part time. Semuanya terkejut saat pertama kali saya menawarkannya kepada mereka. Karena timun biasanya hanya digunakan sebagai bahan pelengkap di restoran tersebut, namun akhirnya mereka juga menyukai minuman ini.

Air tebu dan kelapa juga tak kalah banyak dijual ketika menjelang berbuka. Satu plastiknya minuman ini dihargai lima ribu rupiah. Air tebu menjadi minuman berbuka wajib bagi keluarga Nana Muliana. Setiap sore mereka menghabiskan dua hingga tiga kantong minuman berwarna hijau agak kecoklatan itu. Selama bulan Ramadan, para pedagang sering menambah takaran untuk dijual karena juga bernilai sedekah untuk mereka yang berbuka.

Berangamnya menu minuman berbuka menurut dr. Nora Usrina juga harus dicermati baik-baik. “Jangan lupa minum air putih karena itu penting.” Ia menambahkan minuman yang dingin juga kurang begitu baik diminum kala berbuka. “Tubuh kita sudah menahan diri selama berjam-jam sehingga kalau pertama buka dan langsung dingin itu kurang baik,” ujarnya.

Ia memberikan tips untuk mereka yang menjalankan ibadah puasa agar terhindar dari dehidrasi kala berpuasa. Menurut Nora, saat berpuasa tubuh tidak memperoleh asupan cairan yang normal. Cara menyiasatinya bisa dilakukan dengan meminum air putih delapan gelas.

“Tidak perlu minum sekaligus saat berbuka atau saat sahur. Jangan memaksa tubuh menerima banyak cairan,”jelasnya. “Cukup pakai pola 2-4-2 atau 2 gelas ketika berbuka, 2 gelas saat sahur dan 4 gelas lagi di antaranya” tambah Nora.

Menurut Nora kebutuhan masing masing orang juga berbeda-beda. Namun alangkah baiknya berbuka dengan kurma dan segelas air putih dan baru dilanjutkan dengan makan berat sesudah salat magrib. “Seperti yang sudah disunahkan oleh Nabi itu sudah sangat baik,” ujarnya. “Apa pun minuman dan makanannya tetap jangan berlebihan dan jangan lupa minum air putih karena ini cairan yang paling gampang diserab tubuh.” []

KHITHTHATI

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.