Saturday, April 20, 2024
spot_img

AGAMA | Kesabaran Nabi dalam Berdakwah

“SERULAH (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui  siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang yang sabar. Dan bersabarlah (Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan pertolongan Allah dan janganlah engkau bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan jangan (pula) kamu bersempit dada terhadap  tipu daya yang mereka rencanakan. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan”. ( An-Nahl : 125-128)

Selama Nabi Muhammad saw menyebarkan ajaran agama Islam, beliau mengalami berbagai macam kesulitan. Para pendusta dan musyrikin dari kaumnya sendiri menghina Nabi Muhammad saw bahkan menyebutnya sebagai penyihir atau orang gila. Sedangkan kaum yang lain ingin membunuh beliau bahkan bersekongkol membuat rencana pembunuhan. Meskipun demikian Nabi Muhammad saw tetap tidak berhenti berupaya mengajarkan Al-Qur’an kepada semua masyarakat dari berbagai macam latar belakang dan budaya, beliau telah mengajarkan moralitas dan perilaku yang benar sebagai tugas pokok nabi dalam menyampaikan ajaran Islam yang dibawanya (berdakwah).

Berdakwah sesungguhnya adalah mengajak, mengajar, membimbing dan menuntun, bahkan menghukum manusia agar taat asas; asas al-Qur’an, al-Sunnah dan kesepakatan hidup berbangsa dan bernegara untuk mencapai keamanan dan ketertiban masyarakat dalam ridha Allah swt.

Dalam ayat tersebut di atas, Allah swt memberikan pedoman kepada umat Islam  tentang cara berdakwah Nabi di jalan Allah, yakni Syari’at Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Ini menjadi pegangan umatnya dalam estafet tugas berdakwah dewasa ini dan sampai akhir zaman terutama menyangkut tentang kesabaran dan ketabahan dalam berdakwah yang sangat penting diteladani.

Kesabaran pertama: Berdakwah untuk Allah, bukan untuk diri. Sesungguhnya dakwah ini adalah dakwah untuk agama Allah sebagai jalan menuju ridha-Nya, bukan dakwah untuk pribadi Muhammad saw. Nabi diperintahkan untuk membawa manusia ke jalan Allah dan untuk agama Allah semata. Sabar dalam memberikan penjelasan atau keterangan yang benar sesuai dengan kemauan Allah swt dari hasil pemahaman yang benar. Tidak melibatkan nafsu pribadi sang da’i yang bermuara pada kepentingan-kepentingan yang terbatas dan meninggalkan kepentingan menyeluruh Tuhan atau pembuat Syari’at. Dalam kampanye Pemilihan Umum tempoe doeloe ada anekdot yang menunjukkan bahwa para juru kampanye yang notabene dari unsur juru dakwah menjelaskan bahwa makna hadis Nabi:

“Sebaik-baik perbuatan adalah yang pertengahan” menunjukkan partai yang “di tengah-tengah”. Ketika partai politik baru ada tiga pada waktu itu. Sementara juru kampanye yang lain dari unsur yang sama menyatakan bahwa maksud “jangan kalian berdua mendekati pohon kayu ini” yang merupakan larangan kepada Nabi Adam dan isterinya adalah “jangan dekati partai yang berlambang pohon”. Ini diantara contoh berdakwah tidak dengan kesabaran, bukan untuk Allah. Masih banyak contoh lain yang dapat dipersamakan dengan anekdot ini sepanjang ukurannya adalah kepentingan pribadi sang da’i atau kelompoknya yang bisa jadi menyesatkan, bukan kepentingan agama Allah.

Kesabaran kedua: Menempuh berbagai cara untuk menumbuhkan keyakinan akan kebenaran Syari’at Islam. Nabi berdakwah dengan hikmah; pengetahuan tentang rahasia dan faedah sesuatu. Dakwah dengan hikmah adalah dakwah dengan ilmu pengetahuan yang berkenaan tentang rahasia, faedah dan maksud dari wahyu Ilahi. Nabi berdakwah dengan maw’izhah al-Hasanah; dengan pengajaran yang baik, lemah lembut dan menyejukkan sehingga dapat diterima dengan baik. Tidaklah patut jika pengajaran dan pengajian menimbulkan rasa gelisah, cemas dan ketakutan dalam jiwa manusia. Nabi berdakwah melalui debat yang indah; hanya untuk menemukan dan menunjukkan kebenaran.

Tidak menghujat, tidak mencaci dan tidak membenci. Suatu ketika tiba-tiba datang seorang badui mencegat Nabi seraya menuding:”Berlaku adillah engkau wahai Muhammad! Uang Negara itu adalah uang rakyat, bukan kepunyaanmu dan bukan kepunyaan bapakmu!”. Nabi membuktikan keadilannya dengan mengatakan:”Siapa yang akan berlaku adil jika aku (Muhammad) tidak berlaku adil”.

Kesabaran ketiga: Tidak berputus asa dan tidak memaksa. Yang menganugerahi iman kepada jiwa seseorang adalah Allah, bukan orang atau da’i. “Kewajibanmu hanyalah menyampaikan” kata Allah. Terus-menerus menyampaikan kebenaran ajaran agama Islam tanpa henti meskipun kebanyak orang mencibir, enggan, menolak dan tidak mendapatkan kesadaran diri. Memberi petunjuk itu adalah kewenangan Allah:

“Bukanlah kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberikan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki” (QS. Al-Baqarah: 272)

Kesabaran keempat: Memaafkan, mendo’akan musuhnya dan bermusyawarah dengan mereka. Sebagai da’i sejati, Nabi membuka pintu maaf bagi orang yang masih memungkinkan kembali ke jalan yang benar dari kalangan musuh-musuhnya, mendo’akan mereka agar diampuni dan mengikutkan mereka dalam kehidupan bermasyarakat berupa musyawarah dalam urusan-urusan mereka. Ilustrasi penting dalam hal ini adalah peristiwa kekalahan pasukan Muhammad saw dalam perang Uhud. Pada saat seharusnya menunjukkan rasa permusuhan kepada orang yang menyebabkan kekalahan pada perang Uhud itu, Nabi Muhammad saw menunjukkan sikap sebaliknya; memaafkan, mendo’akan dan bermusyawarah demi kemungkinan memberi pengaruh lebih baik lagi kepada mereka untuk kembali ke jalan agama Allah.

“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkallah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal” (QS. Ali Imran: 159)

 

Ilustrasi indah lainnya adalah ketika seharusnya Nabi membalas dendam kepada Quraisy musyrik Mekah pada hari penaklukkan kembali, di tengah gegap-gempita teriakan jargon pasukan Nabi “ini adalah hari berdarah-darah (malhamah)”, Nabi meneriakkan jargon sebaliknya “ini hari kasih-sayang (marhamah)”. Pada hal, musyrikin Quraisy itu dahulu menentukan pilihan satu dari tiga opsi untuk Muhammad saw sehingga ia melakukan hijrah ke Yatsrib. Tiga opsi itu adalah dipenjarakan, dibunuh atau diusir sebagaimana firman Allah:

“Dan (ingatlah) ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan tipu daya terhadapmu (Muhammad) untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka membuat tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya” (QS. Al-Anfal: 30)

Kesabaran kelima: Jika penting, membalas kepada musuh dengan balasan yang seimbang. Jika terjadi rintangan terhadap jalannya dakwah berupa kekerasan atau permusuhan atau penyerangan, dibolehkan menghadapinya dengan cara yang serupa atau seimbang.

“Bulan haram dengan bulan haram, dan (terhadap) sesuatu yang dihormati berlaku (hukum) qisas. Oleh sebab itu barang siapa menyerang kamu, maka seranglah dia setimpal dengan serangannya terhadap kamu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa” (QS. Al-Baqarah: 194).

Demikianlah khutbah ini. Semua kita adalah da’i, baik untuk diri, keluarga dan masyarakat luas. Semoga ada kesempatan, kuat kemauan dan penuh kesabaran dalam berdakwah seperti Muhammad Rasulullah, sehingga agama Allah ini, agama Islam, menjadi hidup dalam kehidupan masyarakat bumi Aceh Serambi Mekah. Amin! []

* KHATIB Jumat di Masjid Raya Baiturrahman adalah Tgk Ridwan Qari
** Materi Khutbah Jumat disiarkan atas kerjasama redaksi acehkita.com dengan Tabloid Jumatan Gema Baiturrahman. Versi daring tabloid ini bisa diakses di alamat: www.gemabaiturrahman.com.

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,400SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU