Giok bergambar mirip Cut Nyak Dhien (kanan). | Nurdin/ACEHKITA.COM

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Sebuah batu giok warna putih kehijau-hijauan berukuran 5 x3,5 cm ikut dipamerkan di Atjeh Batee Festival perdana yang digelar di Hermes Hotel, Banda Aceh, sejak Selasa (3/2) lalu.

Giok milik Darwin Sopacua, seorang pencinta sueseki (bongkahan batu yang berbentuk) berusia 48 tahun, ditemukannya di sungai pedalaman Aceh Tengah, sekitar lima tahun silam.

“Waktu saya temukan, bentuknya biasa saja dan sama sekali tidak menarik. Lalu, saya bawa pulang ke rumah dan saya taruh saja di antara batu-batu lain yang saya temukan,” katanya saat diwawancarai, Kamis (5/2) malam.

Ketika booming giok melanda Aceh sekitar setahun lalu, Darwin bersama seorang temannya membelah giok tersebut. Sang teman memberitahukannya bahwa di tengah batu yang telah dipotong, ada gambar mirip Cut Nyak Dhien, pahlawan nasional asal Aceh.

Tapi, Darwin mengaku tak langsung percaya. Dia hanya memperhatikan giok yang telah dibelah itu. Karena temaNnya begitu yakin gambar itu mirip gambar Cut Nyak Dhien, Darwin berusaha mencari beberapa foto Cut Nyak Dhien.

“Setelah saya perhatikan dengan seksama, ternyata benar mirip,” katanya, sambil memperlihatkan kepada acehkita.com foto Cut Nyak Dhien yang asli di handphonenya dan giok bergambar istri Teuku Umar tersebut.

Ketika disebutkan bahwa gambar itu sengaja dilukis, Darwin cepat menjawab, “Siapa yang bisa melukis gambar dalam batu.” “Ini adalah kuasa Allah. Untuk apa saya harus berbohong,” ujarnya.

Dia juga menyebutkan setelah dipotong, di sebelah batu lagi ada juga gambar seperti tentara Jepang sedang menghunus pedang. Tapi batu itu tidak dibawa ke arena Atjeh Batee Festival. “Batu bergambar tentara Jepang saya simpan di rumah,” tutur pria keturunan Ambon tersebut.

Banyak orang antusias melihat giok bergambar Cut Nyak Dhien selama tiga hari Atjeh Batee Festival yang akan berakhir pada 8 Februari nanti. “Ada beberapa pengunjung sudah menawarkan Rp20 juta, tapi tidak saya lepas,” lelaki yang telah memburu sueseki sejak tahun 1998.

Darwin belum berniat menjual giok tersebut karena ingin tetap menjadi koleksi pribadinya. “Jikapun nanti ada orang yang benar-benar mau beli, harus membuat perjanjian hitam di atas putih bahwa batu giok ini tidak boleh dibawa keluar Aceh,” katanya.

Dia punya pengalaman tak menyenangkan terkait koleksinya karena beberapa sueseki yang ditemukan setelah dibawa keluar Aceh diklaim menjadi kolektor, tanpa menyebutkan bahwa batu itu dia yang menemukan. “Mestinya sumber asli batu itu disebutkan,” ujarnya.

Soal harga, Darwin terkesan enggan menyebutkan. Ia hanya menjawab, “Yang penting ada penghargaan terhadap batu ini karena punya nilai sejarah sangat tinggi,” katanya.

Giok bergambar Cut Nyak Dhien dipajang di stand Aceh Tengah. Selain batu tersebut, banyak berbagai koleksi seuseki milik Darwin seperti bongkahan batu berbentuk gelombang tsunami, batu ada gambar ikan di tengahnya, batu mirip kucing yang mengangkat kaki kiri belakang, dipamerkan di situ. []

 

NH

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.