BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Provinsi Aceh dikenal memiliki kekayaan alam berlimpah, termasuk potensi pembangkit listrik yang bersumber dari alam. Sayangnya, provinsi kaya ini masih saja mengalami krisis listrik. Hampir tiap hari, Perusahaan Listik Negara memadamkan arusnya.
Potensi sumber daya energi terbarukan itu, misalnya, panas bumi (geothermal) di Seulawah Aceh Besar dan Jaboi Sabang. Lalu ada sungai dengan air deras di sejumlah daerah, seperti Pidie, Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Gayo Lues, hingga pantai Barat sana. Belum lagi energi yang bisa dihasilkan dari angin dan panas Matahari. Sayangnya, semua itu tidak tergarap.
Para pemimpin Aceh dari masa ke masa bukannya tidak menyadari akan potensi energi terbarukan itu. Tapi, entah kenapa hingga kini belum dimaksimalkan. Saat ini Aceh bersama PLN tengah menggarap proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air di kawasan Aceh Tengah. Lalu Aceh sudah meneken proyek geotermal Seulawah Agam dengan Pertamina.
Gubernur Aceh Zaini Abdullah menyatakan, Aceh membutuhkan investor untuk menggarap proyek listrik terbarukan ini.
“Dukungan dari pelaku usaha dan perusahaan-perusahaan besar di Aceh serta lembaga donor dan sipil masyarakat sangat penting untuk mencapai komitmen Aceh menurunkan emisi sampai 20 persen pada tahun 2030,” ujar Zaini pada seminar perubahan iklim di Banda Aceh, Kamis (26/5/2016).
Menurutnya, Aceh memiliki banyak sumber daya energi terbarukan (renewable energy) seperti pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan energi panas bumi, yang dapat dimanfaatkan dalam rangka mengurangi ketergantungan manusia terhadap sumber energi fosil yang menjadi salah faktor perubahan iklim.
“Bahkan, beberapa sumber energi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) sudah beroperasi seperti di Kabupaten Aceh Tengah dan Gayo Lues. Sumber energi seperti ini tentunya perlu dimanfaatkan secara optimal di masa yang akan datang,” katanya. []
