AP Photo/Nick Ut

NEW YORK | ACEHKITA.COM — Committee to Protect Journalist, sebuah lembaga perlindungan jurnalis berbasis di New York, melansir data sebanyak 60 jurnalis terbunuh sepanjang tahun 2014 di seluruh dunia. Suriah menjadi negara paling berbahaya bagi jurnalis.

“Sejauh pengamatan kami, 2014 merupakan tahun paling berbahaya untuk menjadi jurnalis,” kata Direktur Eksekutif CPJ Joel Simon dalam siaran pers yang dikirim ke acehkita.com, Selasa (23/12/2014).

“Secara historis, jurnalis lokal selalu menanggung beban bahaya dan ini masih terjadi. Namun ada peningkatan serangan terhadap jurnalis internasional dan ini menunjukkan bahwa semua orang menjadi target (kekerasan),” lanjut Simon.

Penilaian bahwa 2014 menjadi tahun berbahaya bagi jurnalis internasional, terutama mereka yang datang dari negara barat, bukan tanpa alasan. Hal ini terlihat dari meningkatnya kekerasan terhadap jurnalis asal Barat yang menjadi target kekerasan.

Anja Niedringhaus, fotografer The Associated Press asal Jerman, misalnya, ditembak mati oleh polisi Afganistan saat meliput pemilu. Lalu pada Agustus, wartawan lepas Amerika Serika James Foley, yang diculik dua tahun sebelumnya, dieksekusi mati oleh kelompok yang menamakan diri ISIS. Dua pekan kemudian ISIS memenggal jurnalis Amerika berdarah Israel Steven Sotloff –yang diculik setahun lalu.

Simon menambahkan, ancaman juga menimpa jurnalis lokal dan internasional. CPJ mencatat, ada 20 jurnalis yang dinyatakan hilang dalam konflik bersenjata di Suriah –yang diyakini diculik oleh kelompok ISIS.

“Banyaknya kasus penculikan, menjadikan Suriah sebagai negara yang tidak ramah bagi jurnalis, malah jurnalis asing dilarang untuk memasuki negara itu dan wartawan lokal meninggalkan Suriah,” sebut Simon.

Suriah masih menjadi negara paling berbahaya bagi jurnalis. Pasalnya, dari 60 jurnalis yang terbunuh pada tahun ini, sebanyak 17 orang dibunuh di Suriah. Ini menambah deretan panjang kasus kematian wartawan di sana. Sejak konflik pada 2011, sebanyak 79 jurnalis tewas di negara tersebut. Sebelumnya, negara paling berbahaya bagi jurnalis adalah Filipina.

Setengah dari kematian jurnalis pada 2014 terjadi di kawasan Timur Tengah. Di Irak terdapat lima jurnalis terbunuh, empat saat meliput tindakan Israel menyabotase wilayah Palestina pada Juli dan Agustus.

Kematian jurnalis juga terjadi di Ukraina, Paraguai, Burma, dan sejumlah negara lain. []

RADZIE (@efmg)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.