BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Lima nelayan tradisional Aceh divonis masing-masing dua tahun penjara di Myanmar, karena dinyakatan bersalah memasuki perairan itu tanpa izin.
Mereka sebelumnya berlayar mencari hiu dengan boat dari Lampulo, Banda Aceh, pada 3 April lalu dan sempat dikabarkan hilang, sebelum diketahui terdampar ke perairan negeri yang dikuasai Junta Militer.
Kelimanya Irwanto (38) pawang boat, selanjutnya Mahlil (28), Faisal (25), Banta Lidan (45), warga Banda Aceh dan Syamsuddin (45) warga Aceh Barat Daya.
Menurut anggota tetap Badan Dukungan International untuk Pekerja Perikanan atau International Collective Support of Fishwoker (ICSF) M. Adli Abdullah, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) harus melobi Pemerintah Myanmar untuk membebaskan atau meringankan hukuman bagi nelayan upahan itu.
“Mereka hanya nelayan miskin,” kata Adli melalui telepon seluler Minggu (13/6).“Keluarga mereka sangat menderita sekarang, karena kepala keluarganya yang biasa cari nafkah tidak pulang-pulang.”
Dikarenakan Myanmar negerinya militer dan hukum di sana dikuasai militer, Adli meminta otoritas Indonesia menempuh pendekatan rayuan agar mau meninjau kembali putusan itu.
“Harus ada rayuan, tidak cukup dengan hanya lewat tulisan,” kata dosen Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh.
Menurutnya, Pemerintah Indonesia harus bisa meyakinkan Myanmar bahwa kelima nelayan yang ditahan itu tanpa sengaja memasuki wilayah perairan Myanmar dan mereka tak ada kepentingan apapun, hanya mencari ikan.
Panglima Laot Aceh Teuku Bustamam mengatakan pihaknya akan mengirim surat permintaan desakan peninjauan kembali atas putusan itu kepada Kedutaan Besar RI di Myanmar dan Kemenlu Indonesia.[]