FOTO: Danurfan (@IndieGem)

BLANG KEJEREN | ACEHKITA.COM – Bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Pemerintah Gayo Lues menggelar tari Saman massal yang diikuti oleh 5.057 penari. Kegiatan tersebut dirangkai dengan pameran benda-benda bersejarah Gayo dan seminar mengenai asal usul budaya Gayo itu. Tari Saman massal yang juga berbarengan dengan peresmian Bandara Senubung ini dipusatkan di Stadion Seribu Bukit.

Sejak pagi, masyarakat sudah mendatangi Stadion Seribu Bukit dan lapangan terbang Senubung. Di Bandara baru tersebut, warga berjubel untuk menyaksikan dari dekat dua pesawat terbang komersil yang mendarat untuk pertama sekalinya di Gayo Lues. Pesawat itu membawa rombongan pejabat Pemerintah Aceh. Saking penasarannya, warga mendekat untuk menyaksikan dari dekat pesawat udara tersebut.

Hari ini ada dua pesawat yang mendarat perdana di bandara tersebut. Pesawat pertama mendarat adalah Susi Air berkapasitas 16 penumpang yang mengangkut anggota DPR-RI asal Aceh dari Bandara Kuala Namu, Sumatera Utara dan pesawat jenis MAV yang mengangkut rombongan Wakil Gubernur Muzakir Manaf.

Kehadiran Muzakir Manaf untuk meresmikan penggunaan Bandara Senubung dan menyerahkan duplikat tari Saman dari Unesco –badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusi budaya. Sekedar informasi, Tari Saman telah masuk sebagai warisan budaya Gayo dari Unesco.

Tari Saman massal sendiri dipentaskan 5.057 penari di Stadion Seribu Bukit. Prosesinya dimulai dengan pembacaan salawat badar. Cuaca terik tak menyurutkan ribuan warga menyaksikan tari kolosal yang digelar untuk meraih rekor dunia.

Wakil Gubernur Muzakir Manaf menyebutkan, Pemerintah Aceh sangat mendukung kegiatan yang digagas oleh Pemkab Gayo Lues “Sebagai langkah dan upaya kita untuk meningkatkan pembangunan di Aceh, khususnya pembangunan di Kabupaten Gayo Lues ini,” ujar Muzakir.

Saman merupakan tarian yang telah diakui oleh Unesco sebagai salah satu warisan budaya dunia. Pengakuan ini memberikan dampak positif bagi Aceh dan Gayo. “Unesco tidak sembarangan memberi pengakuan tersebut. Mereka harus menelusuri asal usul budaya itu, keasliannya, keunikannya serta nilai-nilai sejarah yang ada di dalamnya,” terang Wagub.

Indonesia sendiri baru mendapatkan enam pengakuan dari Unesco untuk warisan budaya kategori tak benda, yaitu  wayang, keris, kain batik, angklung, subak di Bali dan tari Saman yang merupakan  tarian rakyat dari Tanah Gayo. Pengakuan Unesco untuk Tari Saman ini disampaikan dalam sebuah pertemuan di Bali pada 24 November 2011.

Sebagaimana diketahui bersama, pada September lalu, gubernur bersama sejumlah pejabat Pemerintah Aceh diundang oleh Unesco dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menerima serifikat pengakuan ini.

“Karena itu, pada hari ini saya datang ke Gayo Lues untuk menyerahkan setifikat tersebut kepada masyarakat Gayo, yang dalam hal ini diwakili Bupati Gayo Lues. Sertifikat itu memang hanya selembar kertas dari Unesco. Tapi di balik semua itu, ada pesan moral yang harus kita pikul ke depan, yaitu tanggungjawab untuk melestarikan dan mengembangkan Tari Saman agar tetap menjadi simbol dan  identitas bangsa,” tambah Muzakir.

Tari Saman sangat erat kaitannya dengan sejarah penyebaran agama Islam di Aceh. Tari Saman dinamakan sesuai dengan nama penciptanya, yaitu seorang ulama bernama Syekh Saman pada abad 14 Masehi.

Awalnya  tarian ini merupakan permainan rakyat yang kerap ditampilkan dalam pesta adat dan budaya di tanah Gayo. Karena sangat menarik, tari ini kemudian dikembangkan oleh penciptnya dengan diperkaya syair dan pujian kepada Allah SWT dan kemudian digunakan sebagai media syiar Islam.

Seiring perkembangan zaman, Tari Saman kini menjadi salah satu seni budaya yang banyak dipelajari di sekolah-sekolah. Bukan hanya di Aceh, tapi juga di luar Aceh dan bahkan di luar negeri.  Begitu menariknya, sehingga Tari Saman kerap  menjadi icon Indonesia dalam berbagai festival budaya dunia.

“Pengakuan ini tentu membanggakan kita semua, sekaligus menjadi cemeti agar kita lebih peduli dengan seni budaya lokal. Dengan pengakuan ini, kita akan mendapatkan bantuan teknis dari Unesco untuk kepentingan pelestarian Tari Saman. Yang lebih penting,  pengakuan ini merupakan simbol eksistensi seni budaya dan kekayaan alam Indonesia yang menjadi identitas jati diri bangsa,” tambah Muzakir. []

ARFI

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.