BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Sebanyak 100 orang eks kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, memperoleh masing-masing dua hektare tanah perkebunan dan pertanian. Penyerahan lahan secara simbolis dilakukan pada peringatan Hari Damai Aceh 14 Tahun MoU Helsinki di Taman Sultanah Safiatuddin, Banda Aceh, Kamis (15/8/2019).
Perang antara GAM dan Republik Indonesia selama 29 tahun (1976-2005) berakhir pada meja perundingan di Kota Helsinki, Finlandia, 15 Agustus 2005. Nota kesepahaman perdamaian itu dikenal dengan istilah MoU Helsinki.
Penyerahan sertifikat tanah secara simbolis kepada lima mantan GAM itu dilakukan oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Aceh, Saiful, dan turut disaksikan Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah dan Wali Nanggroe Aceh Paduka Yang Mulia Al-Mukarram Malik Mahmud Al-Haytar.
Ketua Badan Reintegrasi Aceh (BRA) M. Yunus mengatakan, penyerahan tanah kepada eks GAM hingga 14 tahun damai Aceh masih dalam proses, dengan target tahun 2020 mencapai 20 ribu hektare. Menurutnya, pembagian itu dilakukan secara bertahap.
“Selebihnya masih dalam tahap proses, ke depan bisa dibagikan lebih banyak. Target di tahun 2020, 20 ribu hektare tanah untuk kombatan bisa dibagikan. Pembagian ini dilakukan secara bertahap,” ujar Yunus.
Menurut dia, tanah tersebut akan diberikan kepada tiga kriteria, yakni kombatan GAM, tahanan politik dan narapidana politik (Tapol/Napol), dan masyarakat korban konflik. “Lahan ini dikhususkan untuk sektor perkebunan atau pertanian,” sebutnya.
Selama ini, BRA terkendala anggaran. Kendati sudah mengajukan permohonan dengan jumlah anggaran hampir mencapai Rp 1 triliun, tapi sampai sekarang belum ada respons.
“Sangat kewalahan bagi kami adalah masalah anggaran untuk membuat kegiatan yang bersangkutan dengan korban konflik, kombatan dan Tapol/Napol,” ujar Yunus.
Sementara itu, Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah, menyebutkan kondisi ekonomi Aceh saat ini terdapat peningkatan dari minus sehingga menjadi plus.
“(Ekonomi) kita kan dari posisi minus, dia enggak langsung bisa plus. Spektrum kan dari minus ke nol dulu. Baru dia bergerak ke plus. Nah, kalau lihat spektrumnya kita dari minus ke nol dan sudah bergerak ke plus,” kata Nova pada peringatan 14 tahun damai Aceh.
Kendati demikian, Nova menyebut dengan pergerakan ekonomi tersebut Aceh tidak boleh berpuas diri karena dengan provinsi lain masih tertinggal. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi pembandingnya ialah provinsi lain, sehingga meskipun ada pertumbuhan Aceh tidak bisa memuji diri sendiri.
“Misalnya kemiskinan dengan Bengkulu kita masih kalah. Tapi inflasi kita bagus. Kemudian pertumbuhan ekonomi walaupun belum sama dengan nasional, tapi sudah mendekati nasional,” ujarnya.
Menurut dia, yang paling membanggakan Aceh adalah pengendalian inflasi di Aceh yang semakin baik. Bagi Nova, pertumbuhan ekonomi Aceh jangan semu. Ia menyebut, selain pertumbuhan ekonomi, tetapi yang terpenting yaitu pemerataan.
“Jadi jangan hanya karena itu kita bisa tumbuh baik, tapi pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan yang lebih bagus,” tutur Nova.[]
HABIL